Postingan

Bacotan

Gambar
Di zaman sepeda menjadi kebutuhan. Aku jalan kaki. Ternyata, banyak hal yang aku lewati. Aku bertemu orang gila. Kutanya dia, "Kenapa kau memilih hidup seperti ini," Dia tertawa cekikikan, "Tak seperti dirimu yang hidup penuh dengan beban. Aku lebih tenang," "Dengan melihat. Kau akan mengerti." Kau akan memahami dan mengaji. Sungguh, berjalan dengan menaiki sandal. Lebih banyak yang akan kau temukan. Bukan aku mengatakan seperi para motivator, "Hidup adalah perjalanan." Tapi bagiku, "Jika kau ingin mengenal hidupmu. Maka, berjalanlah!" Ya sudah. Jalan! Langkahkan perlahan. Lihat kanan kiri. Toleh sana toleh sini. Kau akan menemukan banyak hal. Tidak akan ada yang terlewati. 

Cerita Yang Pendek

Kita ini siapa dan kita ini dimana? Aku mengenal seorang pemuda, dia adalah seorang santri. Pemuda biasa dan keluarga biasa. Menjadi bagian dari kumpulan orang-orang menengah ke bawah. Bertahun-tahun dan entah sekarang telah berapa tahun dia hidup di tanah pesantren. Hidup seadanya dalam keterbatasannya. Dia berbeda dengan pemuda yang lain, berbeda dengan santri yang lain. Mungkin satu-satunya kesamaannya hanyalah sama-sama manusia dan sama-sama makan nasi. Aku memanggilnya Lee Long, pemuda dari Kota Santri. Oh iya, aku lupa mengenalkan diriku. Panggil aku Te Amo, nama penaku, aku adalah penulis muda. Yah, sekarang aku ingin menulis sebuah cerpen dengan sudut pandang istimewa. Dan aku ingin latar tempat dan waktunya adalah pesantren. Dan disinilah aku, di sebuah pesantren ternama dan besar di salah satu Kota Santri. Semua orang dari nusantara berbondong-bondong datang ingin menyantrikan putra-putrinya. Kembali ke cerita, kebetulan aku datang ke pesantren ini tepat saat pe

Sajak Kopi & Sepuntung Rokok

Gambar
Kisah panjangku (Mencari hakikat cinta) Kini,  aku tergeletak lemah terkulai pasrah pada takdir ilahi yang tak searah dengan keinginan nafsu muthmainnah Tak boleh nafsu mengubahku liar seperti hewan tak punya akal untuk berpikir hanya mengandalkan syahwat pelir dan pasti siksanya membuat getir Menatap langit-langit berharap doa mengubah taqdir Aku kembali tertegun menatap senyum sang kekasih aku anggap begitu karena tak tahu apa dia adalah tulang rusuku? Namanya seumpama kekasih Tuhan cantik jelita tak terbanding itu menurutku karena sekarang aku yang jatuh hati Tapi aku masih saja bandel tetap kesana kemari menanyakan pertanyaan sama “Apa memang ini yang dikata cinta?” dan pasti semua jawaban membuatku gelisah Tak ada kepastian tak ada juga jawaban yang dapat kutemukan sekalipun dibawah jembatan Tiba-tiba… begitulah jawaban tuhan yang tak disangka aku menemukan sendiri lebih puas dan ber- hah pedas